Opini: Ryan Kiryanto, Ekonom Senior & Associate Faculty LPPI
Saya termasuk sedikit ekonom yang memperkirakan BI Rate turun 25 bps menjadi 5,25% pada RDG BI hari ini, Rabu (16/7). Maka, saya menilai tepat, taktis dan cermat serta forward looking keputusan RDG BI hari ini lantaran memutuskan penurunan BI Rate tadi.
Pertimbangannya terutama untuk menyokong pemulihan dan penguatan ekonomi ketika sinyal-sinyal pelemahan sudah terasa atau terlihat. Sebutlah pertumbuhan PDB Q1/2025 hanya 4,87% dan diproyeksikan tumbuh 4,7% oleh IMF dan lembaga2 lainnya; PMI di bawah 50; inflasi relatif rendah; permintaan kredit terus menurun dari bulan ke bulan maupun secara tahun ke tahun; PHK terus terjadi.
Stabilnya posisi nilai tukar rupiah juga menjadi tambahan pertimbangan BI karena valuasi rupiah terhadap dolar AS sudah priced-in dengan perkembangan faktor global dan domestik. Maka turunnya BI Rate diharapkan mampu menjadi stimulus untuk bank-bank (dari sisi supply) menyesuaikan bunga kredit searah dengan BI Rate sehingga nendorong permintaan kredit (sisi demand).
Jadi, semoga langkah dovish BI yang pro economic growth dan tetap pro stability tersebut diikuti oleh perbankan untuk melandaikan suku bunga simpanan dan kredit secara terukur guna mendorong permintaan kredit supaya sektor riil lebih bergairah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal-kuartal berikutnya.
Alhasil, harapannya ekonomi bisa tumbuh kuat dan inklusif di rentang 4,8%-5,0% tahun ini dan tahun depan, karena ditopang pertumbuhan kredit berkisar 9%-11%.
Semoga langkah dovish BI yang pro economic growth dan tetap pro stability tersebut diikuti oleh perbankan untuk melandaikan suku bunga simpanan dan kredit secara terukur.