Spotlight Summary
Pekerja migran yang kompeten atau berketerampilan, diharapkan jadi solusi atasi meningkatnya pengangguran di dalam negeri. Selain juga berdampak pada positif pada devisa negara dan menguatkan perekonomian daerah. Pemerintah pun serius melakukan pelatihan juga advokasi perlindungan, termasuk sebelum keberangkatan hingga pasca kepulangan.
Puncak keseriusan Pemerintah ketika terbit Perpres Nomor 165 dan 166 Tahun 2024, yang mengubah Badan Perlindungan Pekerja Migran (BP2MI) menjadi bagian dari Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI), kementerian baru yang dibentuk untuk menangani isu pekerja migran secara lebih terpusat dan strategis.
Di sisi lain, data memperlihatkan, pengangguran bisa dikurangi signifikan di masa depan, salah satunya dengan pengelolaan pengiriman tenaga kerja yang terkelola dengan baik sejak sekarang. Simulasi yang dilakukan Indonesia Business Council (IBC) menunjukkan, bila tidak ada percepatan penempatan, maka akan terjadi penurunan persentase pengangguran hingga 0,21 poin prosentase, setara dengan 324.600 orang lebih sedikit yang menganggur setiap tahun (2025-2029).
Namun jika ada penambahan 30% dalam penempatan PMI di berbagai negara di dunia, akan mengurangi tingkat pengangguran sebesar 0,28 poin persentase antara tahun 2025 dan 2029, yang setara dengan 422.000 orang.
Ini adalah angka yang signifikan, mengingat Indonesia berhasil mengurangi tingkat penganggurannya hanya sebesar 0,7 poin persentase antara tahun 2016 dan 2024 (dari 5,61% menjadi 4,91%).
Peningkatan Keterampilan Pekerja Migran
Upaya peningkatan keterampilan dilakukan banyak pihak. Dari Pemerintah pusat, pemerintah daerah, juga swasta sebagai lembaga pelatihan. Salah satu yang jadi kunci agar seorang tenaga kerja migran sukses di negeri orang adalah bahasa. Penguasaan bahasa negara penempatan menjadi syarat utama agar seorang tenaga migran bisa menyesuaikan diri di rantau.
Pemerintah pun membangun pusat pendidikan kebahasaan di kantong sumber asal pekerja migran, sesuai dengan karakteristik daerah. Sementara perguruan tinggi digandeng untuk menjadi migrant center bagi pelayanan terintegrasi yang menggabungkan informasi, pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja luar negeri.
Lembaga pelatihan milik swasta yang tergabung dengan lembaga penempatan pekerja migran juga bekerja sama dengan lembaga kebahasaan dari negara tujuan penempatan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa.
Sementara itu, ada empat sektor dan pekerjaan yang menjadi tujuan utama penempatan pekerja migran Indonesia:
- Sektor perawatan: Pengasuh/Pekerja Perawatan Lansia
- Sektor industri: Tukang las
- Sektor perhotelan: Staf hotel
- Sektor pertanian: Pekerja hortikultura
Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang akan berkerja di luar negeri akan berdampak besar bagi perekonomian negara. Tentu saja perlu setiap pekerja migran juga perlu menyesuaikan kultur negara penempatan.
Pasca kepulangan, mereka parapekerja migranjuga perlu dibina untuk bisa mengembangkan perekonomian di rumahnya sendiri.